Antara Ambisi Besar dan Realita Lapangan: Kontroversi MBG di Indonesia

Pemerintah menargetkan program MBG menjangkau lebih dari 82 juta penerima hingga akhir 2025. Dengan lebih dari 10.000 dapur SPPG yang sudah dibentuk di seluruh Indonesia, ambisi ini tampak luar biasa. Namun, perjalanan implementasi di lapangan tidak semulus yang direncanakan. Selain kasus keracunan massal yang merebak, program MBG juga diterpa kontroversi lain. Sejumlah laporan menyebut adanya dapur fiktif yang hanya ada di atas kertas, sehingga menimbulkan pertanyaan soal efektivitas dan transparansi anggaran. Di sisi lain, isu halal juga menyeruak setelah muncul dugaan bahwa sebagian perlengkapan MBG diimpor dengan bahan yang tidak sesuai standar. Kritik tajam datang dari berbagai kalangan yang menilai program ini dijalankan secara tergesa-gesa tanpa kesiapan infrastruktur dan mekanisme kontrol yang memadai. The Jakarta Post bahkan menyebut MBG sebagai “kebijakan terburu-buru yang berujung tragedi yang seharusnya bisa dicegah.” Meski demikian, banyak pihak sepakat bahwa tujuan MBG mulia dan tetap relevan, terutama dalam menghadapi tantangan stunting dan gizi buruk. Namun agar kepercayaan publik kembali, pemerintah harus berani melakukan audit independen, transparansi anggaran, dan penguatan sistem monitoring di setiap daerah.